Radio Komponen Tools Jaringan Koneksi SIgnal Frekuensi

Monday, November 26, 2018

1000 Daftar Blog Dengan Page Rank Tertinggi berkualitas


1000 Daftar Blog Dengan Page Rank Tertinggi berkualitas - Website Memberi komentar jadi Cara yang begitu popular untuk Bangun DoFollow Link Balik ke Web Anda serta dengan begitu Tingkatkan Traffic untuk Web.Building Anda Backlinks ialah Sisi Terpenting begitu untuk tiap-tiap web baru atau Website sebab akan menolong Anda pada Tingkatkan Google Search Tingkatan dan Alexa Rangking.

Pada intinya ada Dua Type Website Cara Memberi komentar - NoFollow Website Memberi komentar serta DoFollow Website Memberi komentar. Link dofollow ialah link yang Anda kehendaki untuk Web Anda sedang Link NoFollow ialah Useless karenanya ialah Direferensikan untuk Bangun DoFollow Link untuk Web.

So Anda Di this Post Saya Pergi untuk Konsentrasi cuma pada DoFollow Website untuk Memberi komentar serta Tingkatkan Situs Anda Tingkatan. Berikut Top serta Best Website Kualitas Memberi komentar Situs

Catatan - Anda Mesti mempunyai Pikiran jika cuma Memberi komentar akan tidak menolong Anda untuk bangun Backlink untuk Web Anda sebab butuh jika Komentar Anda Mesti Di setujui oleh Admin dari yang lainnya Website komentar Anda akan Komentar useless.Therefore Berkaitan dengan tema atau Artikel yang dibutuhkan untuk Approval. disini mereka berikut ini ialah beberapa List Blog Untuk Memberikan Komentar di Website:

1000 Daftar Blog Dengan Page Rank Tertinggi berkualita

TIPS MEMILIH SPAREPART DAN AKSESORIS MOTOR TERBAIK
Tips Merawat Motor Matic Injeksi dengan Baik
Harga CBR 250 Update Terbaru Akhir Tahun 2018
TIPS MEMBELI SEPEDA MOTOR BEKAS
CARA TERBAIK MENCEGAH PENCURIAN MOTOR
Cara Murah untuk Meningkatkan Kinerja Motor Anda
Tips Perawatan Sepeda Motor Anda Agar Tetap Nyaman
Sepeda Motor Listrik Serta Kegunaannya Bagi Anda
Pemilihan Warna Motor Yang Cocok Bagi Anda
Cara Aman Dalam Mengendarai Sepeda Motor
Cara Mudah Membeli Motor Bekas Dengan Tepat
Membangun Kehidupan Keluarga yang Baik dan Sempurna
Mengatasi Pertengkaran dalam Rumah Tangga
Tahukah kamu jika Pengorbanan Kakak sangat besar untuk Hidupmu
Cara Membangun Sebuah Keluarga dengan Baik
Kiat untuk Memperkuat Ikatan Keluarga Anda
Beberapa Rahasia Membangun Keluarga Bahagia
Cara Membina Keluarga yang Harmonis
Tips untuk Memiliki Keluarga Bahagia
Rahasia untuk Keluarga Bebas Stres
7 Alasan Mengapa Keluarga Penting dalam Kehidupan
Pentingnya Dukungan Keluarga untuk Membuat Anak Bahagia
Info Lowongan Kerja tanpa Ijazah Terbaru
Pentingnya Road Map dalam Program Institusi Bisnis
Inilah yang akan Terjadi Jika Bekerja Tidak Sesuai Jurusan Kuliah
Cara Mengetahui Pekerjaan yang Cocok dengan Diri Kita Sendiri
Kriteria Tentang Menjadi Karyawan Terbaik
Bersikaplah Pofesional di Tempat Kerja Anda
Cara Menjadi Karyawan Profesional dalam Bekerja
Tips Cepat untuk Mencari Pekerjaan Baru
Beberapa Cara Terbaik untuk Mendapatkan Pekerjaan Lebih Baik
Tips dan Cara Mengatasi Situasi Pekerjaan Paling Tidak Nyaman
Mencari Pekerjaan Baru Dengan Cepat
Desain Coffe Shop Unik dan Menarik yang bisa kamu jadikan Inspirasi Tokomu
Bangunan Indah hasil Karya Arsitek Dunia
Mengenal Arsitek Ternama yang Berasal dari Indonesia
Cara Mudah Menjadi Arsitek Terkenal
Seperti Apa Rasanya Menjadi Seorang Arsitek
Langkah Menjadi Arsitek yang Sukses
Beberapa Tanda Bahwa Anda Harus Menjadi Arsitek
Hal yang Perlu Anda Ketahui Sebelum Mempekerjakan Seorang Arsitek
Tips Memilih Arsitek untuk Proyek Anda Berikutnya
Bagaimana Memilih Arsitek Terbaik untuk Hunian Anda
6 Tips Memilih Arsitek yang Tepat
Jenis Makanan Sehat Dapat Membuat Hidup Lebih Baik
Buah Stroberi Arnaud Termahal di Dunia
Jenis Makanan Sehat Dapat Membuat Hidup Lebih Baik
Tips Memilih Makanan Sehat untuk Tubuh Kita
Makanan Sederhana yang bikin Gaji kamu Ludes
Melawan Lupa, Ini 5 Jajanan Jadul Yang Serba Manis
Jenis Masakan Indonesia Dengan Kandungan Gizi Melimpah
Tips Memilih Makanan Sehat yang Baik untuk Tubuh
Pentingnya makanan sehat dan bergizi

Dengan menggunakan Blog di atas anda bisa membangun Backlink dengan Berkomentar di Artikel Tersebut. Sekian 1000 Daftar Blog Dengan Page Rank Tertinggi berkualitas yang telah kami berikan di atas. Semoga Bisa Membantu anda dalam Membangun Backlink Seo Berkualitas.

Saturday, November 24, 2018

MEMANCAR DENGAN SWR TINGGI , SIAPA TAKUT ?

MEMANCAR DENGAN SWR TINGGI , SIAPA TAKUT ?


MEMANCAR DENGAN SWR TINGGI , SIAPA TAKUT ?


By : Djoko Haryono

( Topik ini masih berhubungan dengan topik sebelumnya yang berjudul “SWR rendah bisa membunuhmu” )

SWR tinggi tidak selalu berbahaya atau menimbulkan resiko tinggi. Dengan pemahaman yang benar , kita akan bisa memaklumi mengapa W8HKK atau para “para pakar elit” dibidang komunikasi radio tidak pernah memusingkan “betapa sibuknya dunia” berusaha mendapatkan SWR 1: 1.
Berkomunikasi dengan SWR diatas 3 : 1 , diatas 4 : 1 atau bahkan lebih tinggi lagi , bukanlah hal yang asing bagi mereka.

Mereka tahu betul bahwa EFFISIENSI TINGGI dari sistem antenna ( antenna + saluran transmisi ) TIDAKLAH HANYA SEMATA-MATA DITENTUKAN OLEH NILAI SWR YANG RENDAH.
Effisiensi antenna sebenarnya ditentukan oleh ( minimal ) 2 hal yang berbeda yaitu :
1. SWR
2. Total attenuation ( total line attenuation ).
Kebanyakan dari kita hanya berfokus untuk mengejar SWR serendah mungkin , bahkan mendapatkan SWR “UNITY” ( 1 : 1 ) sering dijadikan kebanggaan , dan “kurang memahami” besarnya peranan dari VERY LOW LINE ATTENUATION dalam menciptakan sistem ber EFFISIENSI TINGGI.
Kebanyakan kita masih menganggap bahwa REFLECTED POWER YANG TINGGI ( yang terjadi pada SWR yang tinggi ) adalah LOST / LOSSES YANG TINGGI PULA. Mereka menganggap bahwa akan ada bagian besar dari power yang ( akan ) tidak berhasil terserap dan terpancar oleh antenna.

Padahal itu adalah sebuah CARA BERPIKIR YANG KELIRU KARENA MENGABAIKAN BESARNYA PERANAN DARI FAKTOR LAINNYA TERHADAP EFFISIENSI SISTEM YAITU ( SEBERAPA ) TINGGI RENDAHNYA LINE ATTENUATION.

Hal sangat penting yang perlu kita sadari adalah kondisi very low loss line atau ATTENUATION YANG SANGAT RENDAH ( yang semakin mendekati nol ) AKAN MENYEBABKAN REFLECTED POWER ( gelombang pantulan yg makin besar jika SWR makin tinggi ) TIDAK LAGI MENJADI LOSSES / LOST .

Pantulan yang besar itu tidak akan kemana-mana ( tidak hilang sebagai kerugian ) karena pada line yang “very low loss” GELOMBANG PANTULAN ITU TIDAK TERDISIPASI ( tidak berubah menjadi panas dsb ). Ia seakan “tidak menemukan jalan dalam Pertengkaran dalam Rumah Tangga” ( melalui bahan dielektrik dari saluran transmisi ) untuk “mendisipasikan diri”.

Lantas akan kemanakah gelombang yang terpantul dari antenna dan kembali kearah input dari saluran transmisi itu ? IA AKAN BALIK ( TERPANTUL ) LAGI KEARAH ANTENNA SAMPAI SELURUHNYA ( ATAU SEBAGIAN BESAR ) TERPANCARKAN.

Catatan : Sekali lagi , ini hanya terjadi pada rancangan line dengan very low attenuation. Sedangkan pada line yang attenuationnya ( makin ) besar , akan terjadi disipasi yang ( makin ) besar pula , dan itulah yang ( makin ) significant menurunkan effisiensi dari sistem antenna.

JADI , MENGAPA HARUS TAKUT PADA SWR TINGGI JIKA KITA SUDAH PAHAM PADA BETAPA PENTINGNYA UNTUK MENGONTROL DESIGN KITA AGAR SISTEM KITA MEMILIKI TOTAL ATTENUATION YANG SERENDAH MUNGKIN ( MAKIN MENDEKATI NOL MAKIN BAIK ). BAHKAN DENGAN SWR TINGGI ITULAH JUSTRU AKAN MEMPERMUDAH KITA UNTUK BEOPERASI MULTIBAND ( BANDWIDTH AKAN MAKIN LEBAR ).

Dibawah ini saya kutipkan 2 bh contoh, bagaimana sebuah sistem komunikasi ruang angkasa – darat mampu bekerja dengan effisiensi tinggi pada sistem radio mereka yang memiliki SWR 4.4 : 1

CONTOH 1.
Ini adalah sistem antenna Dipole Multi Frequency pada satelit cuaca Tiros ESSA – Itos – APT yang dirancang dan dibangun oleh W8HKK / W2DU ( M. Walter Maxwell ). Contoh dari salah satu pengukuran dibawah ini dilakukan pada salah satu frekuensinya yaitu 108 MHz ( Beacon Telemetry ).

Impedansi terminal antenna terukur 150 – j 100 ohm. VSWR = 4.4 : 1 Reflected Power 40%.
Penyetelan matching tidak bisa dilakukan pada lokasi ideal ( yaitu antara antenna dengan output dari line ) karena akan menimbulkan kesulitan konstruksi mekanik , thermal & elektrik , sehingga matching terpaksa dilakukan pada titik input dari line.

Power dari TX = 30 mW ( milliWatt ). Karena kecilnya perancangan power maka timbulnya losses yang besar tidak akan ditoleransi disini. Attenuation dari feed line + Matching Circuit sebesar 0.2 dB. Tambahan loss akibat SWR = 0.24 dB ( 5.4% ) sehingga Total Loss = 0.44 dB ( 9.6% ).

Jika kita gunakan asumsi yang umum kita pakai ( TAPI SEBENARNYA SALAH ! ) maka seluruh Reflected Power ( 40% ) akan kita anggap sebagai losses , sehingga teori umum akan mengatakan bahwa power hanya akan tinggal 18.1 mW saja yang akan terserap dan terpancarkan oleh antenna dan effisiensi antenna ( menurut “ajaran” yang paling banyak kita baca/pakai ) hanyalah sebesar 60% saja.

Tetapi hasil dari pengukuran samasekali tidak mendukung apa yg seing kita anut itu. Meskipun SWR nya 4.4 : 1 namun Power yang terserap antenna ternyata terukur 27.1 mW !! yang itu berarti losses yang sebenarnya ( untuk total attenuation ) hanyalah 2.9 mW dan dari nilai tsb. HANYA 1.6 mW DIANTARANYA YANG BENAR2 BERASAL ( DITIMBULKAN OLEH ) SWR YANG 4.4 : 1 tsb.
Jadi REALITAS YANG TERJADI adalah : Jika ( dimisalkan ) antenna tsb. dalam kondisi “Perfectly Matched ( SWR 1 : 1 )” maka hasil hitungan effisiensinya akan sebesar 95.5 % , namun pada kasus ini ( karena SWR nya ditolerir 4.4 : 1 ) effisiensi dari sistem jadi turun relative sedikit sekali menjadi 90.4 % yang dalam bidang radio sudah dianggap sangat tinggi. Meski effisiensinya “hanya” 90.4% namun keuntungan dari bahdwidth yang semakin lebar menjadi keunggulan lain yang sama pentingnya dengan effisiensi tinggi tsb.

Realitas effisiensi yang mencapai 90.4% tsb. tentulah berada diluar perkiraan dan pemahaman kita yang terlanjur “mendewakan” SWR 1 : 1 dan meremehkan peranan besar dari total line attenuation yang serendah mungkin.

CONTOH 2.
SWR 9.8 : 1 DARI ANTENNA PADA TRANSMITTER SATELIT NAVSAT
Satelit NAVSAT/ Navy Navigational Satellite sudah beroperasi lama
sebelum sistem satelit navigasi Amerika mulai didedikasikan bagi kepentingan international dengan nama GPS. Terminal antennanya memiliki impedansi 10.5 – j 48 ohm. SWR nya 9.8 : 1. Reflected power 66% ( suatu angka yang sangat besar & tentu akan dihindari
jika yang dipakai adalah “cara berpikir amatir radio pada umumnya” , yang sebetulnya malah keliru ). Antenna tsb. juga “matched at the line input”. Flat line attenuationnya 0.25 dB dan tambahan lossesnya yang diakibatkan oleh SWR 9.8 : 1 tadi sebesar 0.9 dB atau hampir 4 X lipat dari line attenuation ) , sehingga Total Loss nya 1.15 dB atau sekitar 1/6 S-Unit.

Losses yang sangat besar ini ( jika yang dipakai persepsi umum )
terbukti sama sekali tidak berdampak buruk merugikan karena losses dari saluran transmisi berdielectric udara itu bukan jenis losses yang “hilang terdisipasi kemana-mana” ( sebagai panas atau kebocoran lewat bahan dielectric ).

Hal ini berbeda dengan persepsi paling umum didunia amatir radio yang menganggap bahwa SWR rendah adalah “pemain utama” sebagai penentu tingkat effisiensi antenna. Kesalahan persepsi itu terjadi karena sebagian besar ham berkutat dengan penggunaan coaxial , jenis saluran yang attenuasinya tinggi sehingga “lupa” bahwa kemampuan menekan attenuasi line ( sampai ) menjadi
sekecil –yang umumnya hanya bisa dicapai dengan saluran transmisi jenis air dielectric )- mungkin adalah pemain utama yang sebenarnya dalam hal efisiensi pemancaran RF.


SWR RENDAH SERING / KADANG MERUGIKAN.

Setelah pernah saya kutipkan 2 contoh tentang “Sistem yang memiliki SWR tinggi namun malah effisiensinya lebih tinggi” ( contoh pada sistem antenna wahana luar angkasa ) , maka kali ini saya kutipkan juga contoh2 semacam berikutnya. Demikian kuat dan luasnya mitos ( keyakinan yang sebenarnya salah ) bahwa SWR yang “Unity” alias nilainya 1 : 1 adalah selalu yang terbaik. Lebih parah lagi adalah telah demikian banyaknya ham yang percaya ( meyakini ) bahwa SWR tinggi akan menyebabkan timbulnya pantulan gelombang ( reflected power )
yang besar YANG AKAN BERBALIK DAN MASUK KE BAGIAN FINAL TRANSCEIVER / TRANSMITTER DAN MERUSAKKAN FINAL. Bahkan ada yang demikian yakin bahwa gelombang pantulan itu tidak hanya bisa “dimonitor” / diketahui keberadaannya di saluran transmisi / line , namun akan “terlihat” dan ditemukan ( sampai kembali masuk ) di rangkaian final , dengan menggunakan “storage oscilloscope”.

Padahal Reflected power sama sekali TIDAK PERNAH KEMBALI MASUK KE FINAL UNTUK MENGHANCURKANNYA !! Pemahaman inilah yang perlu ditanamkan pada setiap ham. Para ham HARUS ( perlu ) tahu APA YANG SEBENARNYA TERJADI KETIKA TERJADI KERUSAKAN DITINGKAT FINAL DISAAT SWR TINGGI , atau dengan kata lain ….. “Apa yang menjadi penyebab sebenarnya dari kerusakan
semacam itu ?”

Kerusakan ( jebolnya ) komponen tingkat final yang bisa terjadi ketika
SWR tinggi ( pada sistem line yang memiliki losses yang tinggi / belum very low attenuation system ) smacam itu sebenarnya terjadi BUKAN karena finalnya dihantam gelombang pantulan , melainkan disebabkan karena terjadinya apa yang kita sebut sebagai DETUNED / UNTUNED / DECOUPLING.

Pada banyak tulisan2 saya yang lain ( seputar Impedansi & Matching
diaantar line dan sistem antenna ) saya sering menjelaskan tentang apa yang disebut “transformasi impedansi” dimana nilai impedansi feed point antenna ( atau nilai yang sama/ terbaca di output dari line alias “ujung atas” coax ) akan / bisa berubah atau terbaca berbeda jika pengukurannya dilakukan dari ujung coax yang lain yaitu di input dari line alias ujung bawah dari coax.

Transformasi atau perubahan itu ( sehingga yang ditunjukkan bukan nilai yang sebenarnya dari antenna ) terjadi jika kondisi impedansi antenna MASIH REAKTIF dan TIDAK/BELUM RESISTIVE SESUAI DENGAN NILAI IMPEDANSI KARAKTERISTIK DARI LINE / COAX. Kemungkinan perubahan itu semakin besar JIKA NILAI TOTAL
ATTENUATION ( LOSSES ) DARI LINE SISTEM SEMAKIN BESAR.

Kalau pada tulisan2 tersebut yang sering saya jelaskan adalah dampak
negatipnya yang mudah timbul berupa NILAI SWR YANG DITUNJUK KAN SWR METER ( YANG TERPASANG DIDEKAT TX / TRANSCEIVER ) MUDAH MENJADI “NILAI SWR / MATCHING ) YANG SALAH” DAN BUKAN NILAI SWR YANG SEBENARNYA DARI ANTENNA , maka kali ini masalah dampak dari transformasi impedansi itu saya tampilkan dalam bentuk ( akibat ) lainnya , yang bukan hanya berupa kesalahan penunjukan SWR meter kita , MELAINKAN DALAM KASUS JEBOLNYA FINAL ITU , TRANSFORMASI IMPEDANSI YANG TERJADI ( PADA NILAI SWR TINGGI ) AKIBAT LINE ATTENUATION / LOSSES DAN JUGA BISA “DIPENGARUHI OLEH PANJANGNYA LINE” , AKAN MENGAKIBATNYA PERUBAHAN NILAI IMPEDANSI DI “TITIK COUPLING” DAI TX / TRANSCEIVER.

Padahal ( sebelumnya ), pada waktu couplingnya dalam kondisi “tuned-in” , maka arus pada rangkaian final akan minimal / “dip”. Ketika terjadi decoupling / detuned , perubahan nilai impedansi dititik tersebut akan menyebabkan arus final mendadak melonjak tinggi melampaui batas kemampuan dari sistem final itu sendiri. Peristiwa Over current itulah yang sebnarnya yang menjebolkan pesawat , dan sama sekali bukan karena gelombang pantulan yang masuk menerjang final.

Kita kembali ke bahasan utama yang berkaitan dengan mitos bahwa SWR tinggi itu pastilah sesuatu yang buruk ( tidak effisien ). Dibawah ini adalah contoh lain / berikutnya yang menunjukkan contoh kasus dimana effisiensi dari sistem yang justru turun ketika nilai SWR diturunkan.

CONTOH KE 3
Sebuah antenna ¼ lambda ( AM-Broadcast ) memiliki 100 bh. radial yang terpasang secara rapid an sempurna serta MEMILIKI LOW RESISTANCE YANG BISA DIABAIKAN KARENA KECILNYA. Sejumlah AM Broadcast di Amerika memiliki jaringan radial sampai 240 bh. , meskipun Peraturan FCC hanya mengharuskan pemakaian 120
radial.

Sistem 100 radial dalam kasus yg dijadikan contoh ini menghasilkan
Impedansi pada terminal antenna sebesar 36.5 + j 22 ohm dan menjadi mendekati 32 ohm jika sistem dipendekkan sampai resonans tercapai. Jika di fed dengan coax 50 ohm , SWR tepat pada titik resonancenya sebesar 1.6 : 1 dan berangsur meninggi pada kedua sisi titik resonance tsb.

Pada sistem radial dibuat hanya terdiri atas 15 radial , dihasilkan
sekitar 16 ohm ground loss resistance. JIKA PADA SISTEM RADIAL YANG MEMILIKI 100 RADIAL ITU JUMLAH RADIAL2NYA DIKURANGI SECARA BERTAHAP ( dilepasi sebagian demi sebagian ) , GROUND RESISTANCENYA AKAN NAIK sehubungan jumlah radial yang makin sedikit. 

Langkah mengurangi jumlah radial yg semula banyak itu akan menambah Radiation Resistance , menaikkan Total Line Terminating Resistance ( pada feed point ) menjadi SEMAKIN MENUJU ( MENDE KAT KE ) 50 ohm. PENUNJUKAN SWR MENJADI SEMARIN RENDAH.

Ketika jumlah radial yang dilepas sudah cukup banyak dan loss
resistancenya sudah mencapai 18 ohm , maka terminating resistance ( Feed Point Impedance ) menjadi 50 ohm dengan akibat SWR Meter menunjukkan kondisi matching yang “Sempurna” 1 : 1

KONDISI SEMACAM INI SERING MENIPU BANYAK ORANG , TERUTAMA MEREKA DIANTARA KITA YANG SELALU MENDEWA KAN SWR 1 : 1

Padahal pada keadaan ini , ketika SWR tutun sangat banyak dan berhasil menunjuk 1 : 1 , ternyata power yang terpancar justru juga menurun dan bukannya malah naik. Seperti yang kita duga. Mengapa demikian ? Itu disebabkan KARENA POWER YANG ADA PADA SISTEM TSB. SEKARANG TERBAGI ( DIBAGI DUA ) OLEH RADIATION
RESISTANCE YANG 32 OHM , DAN GROUND RESISTANCE YANG 18 OHM !!

Tidak seperti yang kita duga/harapkan , ternyata Ground Loss yang makin tinggi menyebabkan “Off Resonance SWR” nya seakan “terikat” tidak bisa beranjak atau berpindah dari posisinya ( menunjukkan ) angka rendah.

JADI NILAI SWR RENDAH 1 : 1 PADA CONTOH KASUS INI TIDAK MEMILIKI ARTI APAPUN KECUALI HANYA SEKEDAR “BAHWA SISTEM ANTENNA / LINE SUDAH MATCH”, MESKIPUN SEBENAR NYA JUSTRU ADA SEKITAR 50% DARI POWER YANG HILANG PERCUMA , TERBUANG , TERDISIPASI HANYA UNTUK “MEMANAS KAN TANAH” DIBAWAHNYA SAJA.

Jadi ber-hati2 lah, jangan sampai kita memendam rasa “cinta buta” pada nilai SWR yang “serendah mungkin”. Tapi cintailah sistem yang benar2 memiliki effisiensi tinggi.

Friday, November 9, 2018

BAGAIMANA CARA MENGHILANGKAN DAMPAK ( EFEK ) PICKET FENCING ?

BAGAIMANA CARA MENGHILANGKAN DAMPAK ( EFEK ) PICKET FENCING ?



BAGAIMANA CARA MENGHILANGKAN DAMPAK ( EFEK ) PICKET FENCING ?

By : Djoko Haryono


Sebenarnya saya sudah menulis sambungan topik ini cukup banyak/panjang ..... ( di FB aslinya dimana saya pertama menulis topiknya sebelum saya share ke FB lainnya. Kalau dulu tulisan utamanya selalu di FB ini baru saya "share" ke yg lain , tapi karena tools / fiture "share" itu tidak pernah lagi muncul di FB ini maka saya selalu menulis topik pertamanya di FB lain , baru saya share kemari ) ..... tetapi kok ada teman yg. masih juga menanyakan lanjutan tulisannya.

Mungkin tidak muncul di komputer mereka ( mereka harus klik dulu gambar foto antenna dimobil tsb., barulah mereka bisa membaca tulisan2 lain lanjutannya.

OK , kalau begitu saya copykan saja dibawah ini secara bertahap.

HW R U ?

Selamat bertemu kembali. Maaf tempohari saya menulis bahwa saya akan absen ( keluar kota ) sekitar 2 hari , tapi nyatanya terpaksa sampai 4 hari. Skrg sdh mulai bisa baca2 diskusi di FB lagi.

Fathorrachman Hasbullah Jztigabelasqrp : Sayangnya PICKET FENCING yg saya maksud itu tidak berhubungan ( = tidak secara langsung ) dengan kurang tingginya power TX dan atau gain antenna. Gain antenna mobile station sendiri kan terbatas , tidak bisa / mudah untuk dibuat agar "setinggi mungkin" seperti menurut anda. Membuat mobile antenna yg gainnya setinggi mungkin, itu akan berdampak pd makin tingginya ( atau besarnya ) ukuran fisik antenna , yg itu akan sangat mudah "nyangkut" di ranting2/cabang2 pepohohan dsb.

Picket fencing itu ( meski juga mempengaruhi / ada pengaruhnya tewrhadap pancaran ) tapi sebetulnya lebih significant mempengaruhi atau terasa pada PENERIMAAN.



Jika kita mengoperasikan stasiun bergerak ( mobile station ) , terkadang kita masuk pada situasi dimana signal radio ( VHF/UHF FM ) “hilang timbul” / naik turun dengan cepat , kadang diikuti dengan suara ….. ssk ….. ssk….. ssk …. ssk …ssk…ssk …..sehingga komunikasi menjadi kurang kuat dan jelas , maka itulah yang kita sebut sebagai tanda2 atau gejala PICKET FENCE atau PICKET FENSING.

Suara transmisi / modulasi lawan “tercacah” putus2 naik turun.

Kondisi “chopped” / flutter adalah termasuk dalam bahasan seputar Capture Effect.

Gejala picket fencing itu sering kita dapati jika antenna kita ( mobile antenna ) berada pada area dimana ada banyak signal2 pantulan disepanjnag jalur perjalanan kita. Disitulah muncul apa yang disebut kondisi Multi Path ( signal datang / diterima antenna berasal dari “2 atau lebih” arah. Keadaan ini makin mudah terjadi jika kita berada di sekitar area :

01. Di dataran tinggi ( luar kota ) dimana jalan ber kelok2 atau terkadang naik turun , atau kombinasi keduanya.

02. Lingkungan hutan disekitar kita.

03. Melalui lembah dan ngarai
( Pada area2 sulit / berat semacam ini , dimana kondisi LOS , Line Of Sight tidak mungkin sempurna , tidak hanya jenis komunikasi langsung / direct / simplex saja picket fencing bisa terjadi , TETAPI JUGA BISA TERJADI pada komunikasi duplex melalui repeater yang memiliki power yang sebenarnya relative cukup kuat ).

04. Disekitar area karst atau bukit2 pegunungan kapur.

BAHASA “GAUL” ( SLANG ) NYA PARA HAM

Picket Fencing sebetulnya sebuah “bahasa gaul” ( pop / populer ) yang terciptakan didunia para amatir radio ( ham ) , sedangkan istilah sebelumnya yang lebih teknis adalah FLUTTER dan atau CAPTURE EFFECT.

Adalah SALAH jika ada sebagian teman yang menyebut gejala ini sebagai QRM ( atau gangguan / interferensi transmisi dari pemancar / radio lain ). Tetapi bagaimana dengan QRN ( gangguan akibat gejala / bersumber dari masalah Propagasi ) ? Ya , meskipun “propagasi” ( kalau yg dimaksud adalah kondisi perubahan cuaca , perubahan lapisan ionosfer , sun spot dsb ) pada kasus ini tidak mengalami perubahan karena sebetulnya yang terjadi adalah “ber-ubah2nya arah datangnya sumber pantulan dan kekuatan signal pantulan yg diterima antenna” , menurut saya picket fencing lebih bisa dimasukkan kedalam atau sebagai salah satu jenis QRN.

Meskipun Picket Fencing awalnya adalah sebuah istilah “gaul” ( bukan istilah teknik ) saja dikalangan para ham , namun sekarang istilah tsb. sudah berubah menjadi istilah resmi yang dipakai dan dipahami oleh SEMUA ORANG RADIO termasuk juga dikenal dan digunakan dikalangan para penyelenggara & teknisi telepon seluler / cellphone dsb.

MENGAPA DISEBUT PICKET FENCING ?

Gejala fluttering pada radio FM semacam ini disebut dengan picket fencing karena akibat yang ditimbulkannya memiliki kemiripan dengan “komunikasi bergerak dibalik pagar ( Fence dalam bahasa Inggris = Pagar dalam bahasa Indonesia ).

Di Amerika ( terutama pada masa2 lalu ) banyak ranch atau bahkan rumah yang dikelilingi dengan “pagar papan kayu”. Papan kayu dipasang berdiri dan lalu dijajar sekeliling peternakan atau rumah secara berselang seling ( papan , lalu celah kosong selebar 1 atau 2 papan , lalu papan , lalu celah lagi dst ).

Jika ada 2 orang sedang bersepeda atau berkuda atau berjalan dsb. Pada masing2 sisi pagar ( berseberangan pagar ) dan mereka terus mengobrol / berbicara sambil bergerak “bersebelahan” kearah yang sama disepanjang sisi pagar , maka keduanya akan mengalami efek “berbicara berseberangan pagar” tsb. Suara lawan akan menjadi lebih keras/jelas ketika posisi mereka berada disamping bagian bercelah , dan sekilas mengecil / hilang saat posisinya terhalang papan.

Akan muncul suara yang “naik turun” dan kadang diselingi suara ….ssk …ssk …ssk ….. tsb

Maka gejala yang mirip yang juga terjadi pada komunikasi radio FM tsb. akhirnya disebut dengan “bahasa gaul”/slang nya amatir radio yaitu istilah PICKET FENCING tsb.


 



SALAH SATU PERBEDAAN ANTARA RADIO FM DENGAN AM.

Seperti sudah saya tulis sebelum ini , picket fencing disebabkan karena Multi Path yang berubah terus menerus ( karena kendaraan / radio mobile nya bergerak ). Pada modulasi FM , kalau ada 2 signal yang berbeda pada 1 frekuensi yang sama , tidak bisa keduanya diterima secara bersamaan ( = 2 station lawan yang berbeda tidak bisa berbicara bersama dan keduanya diterima/terdengar bersamaan ). Limiter yang ada dalam system FM akan “mereduksi” / membuang signal yang lebih lemah. Siapa ( = signal station mana ) yang lebih kuat diterimalah yang akan terdengar.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadai pada modulasi AM dimana 2 ( atau lebih ) signal radio bisa sama2 kita monitor bersamaan pada frekuensi dan waktu yang sama.

Itulah sebabnya system radio komunikasi untuk penerbangan tidak menggunakan FM karena berbahaya ( bisa membahayakan ). Kalau FM digunakan , jika ada 2 pilot dari 2 pesawat terbang berbeda sedang berbicara ke petugas tower/ATC menggunakan frekuensi yang sama , maka yang akan didengar oleh ATC adalah hanya salah satu diantaranya yaitu yang signalnya diterima lebih kuat , sedangkan yang lebih lemah akan hilang “tertindas”.

Tapi dengan menggunakan mode AM , kedua signal itu akan bisa didengar bersamaan ( hanya suaranya saja yg berbeda baik keras lemahnya , tinggi rendahnya suara , intonasinya dsb ).

Untuk penerbangan , signal yang lemahpun ( yang bisa saja tiba2 muncul menyela karena pesawat mereka mengalami kondisi darurat ) TETAP HARUS BISA DIMONITOR.

Kita kembali ke masalah picket fencing tadi.

Karena mobil kita terus berjalan ( di pegunungan , atau kelokan2 diluar kota dsb ) dan signal transmisi radio yang berasal dari lawan bicara kita ( kita asumsikan bahwa kita sedang mengadakan kontak hanya dengan 1 station lawan pada setiap satu saat tertentu. Kalaupun ada 2 “lawan” , mereka berbicaranya bergantian ) akan tiba ke antenna kita dari 2 ( atau lebih ) arah. Signal2 itu adalah signal2 pantulan yang terpantul dari tebing , bukit , struktur bangunan , menara / tiang listrik dsb. disekitar mobil kita.

Pada satu saat signal pantulan yg berasal dari sebuah dinding tebing lebih lemah dari pantulan yang dipantulkan menara SUTET jaringan listrik yang melintasi bukit maka transmisi pantulan dari tebing itu akan “tertindas” dan modulasi /signal yg kita terima adalah yang “pantulan dari menara listrik”.

Tapi ketika mobil kita berpindah karena terus bergerak ( misalnya makin mendekati dan makin terbuka kearah tebing ) maka signal dari menara SUTET yang ganti tertindas dan pantulan tebing lah yang sekarang termonitor oleh kita.

Perubahan yang teus menerus itu menghasilkan “perubahan waktu delay” signal yg kita terima ( tergantung dari makin panjang/jauh atau memendeknya jarak jalur yg dilintasi masing2 signal pantulan ). Suara menjadi terdengar “tercacah cacah” / terpotong – potong dan naik turun , keras lemah dengan perubahan yang cepat.

Sekali lagi , itulah yang kita sebut dengan picket fencing.

BAGAIMANAKAH CARA KITA UNTUK MENGATASINYA ?

Cara mengatasi yang terbaik adalah menggunakan 2 bh. antenna ( umumnya keduanya berupa antenna yang identik ) yang di parallel namun letak posisinya dikendaraan kita berbeda. Keduanya kita pasang satu sama lain saling berjauhan , misalnya 1 antenna terpasang di diatas pipa support yg. berada di bumper belakang sisi kanan , dan antenna ke 2 kita pasang diatas pipa penyangga yg tingginya sama tetapi lokasinya di bumper depan sebelah kiri.

Atau keduanya menggunakan pilihan penempatan lainnya yang berbeda yang kita yakini bisa tidak mengganggu keamanan ( pandangan dsb ) kita mengemudi serta memberikan hasil yang terbaik.

Dengan menggunakan 2 antenna yang kita parallel dengan fasa yang sama ( fasa sama NAMUN JARAK KE STATION LAWAN ATAUPUN JARAK KE BENDA PEMANTUL SIGNAL BERBEDA KARENA KEDUA ANTENNA KITA LETAKKAN BERJAUHAN ) kita akan memiliki “makin banyak signal datang ( multipath )” yang tertangkap antenna kita. Ketika salah satu antenna penerimaannya sedang melemah ( meskipun ada 2 signal pantulan / atau lebih dengan tingkat kekuatan signal yang berbeda ) , cukup besar kemungkinan antenna lainnya “sedang berada di jalurnya signal atau signal pantulan yang lebih kuat”.

Demikianlah , kalau kita memasang konfigurasi 2 antenna mobile yang di parallel semacam ini , maka gejala atau dampak picket fencing / flutter itu akan menurun tajam.

Kita akan bisa berkomunikasi dengan lebih stabil dan signal lebih kuat.

Tentu saja kita harus memperhitungkan masalah matchingnya / stacking harnessnya yang pada prinsipnya adalah sama cara perhitungannya dengan cara kita melakukan stacking 2 antenna pada base / fixed station kita. Yang berbeda adalah jarak kedua antenna kita dibatasi dan tergantung dari ukuran mobil kita ( kalau memasannya di truck misalnya , pilihan tempat untuk memasang kedua antenna menjadi lebih banyak / luas ). Untuk sementara saya tidak / belum membahas phasing harnessnya karena untuk itu saya harus menyiapkan gambarnya juga , yg saat ini belum menggambar.





Anti Picket Fencing yang saya tulis ini pada prinsipnya termasuk dalam teknologi antenna diversity ( signal diversity ) atau teknologi Anti Fading.

Seperti yg sudah pak Dar ketahui , teknologi antenna diversity itu kan banyak jenisnya ( ada 2 antenna 1 pesawat , ada 2 pesawat 2 antenna dsb dsb ) , nah yang saya tuliskan ini jenis diversity yang paling sederhana ( mungkin cikal bakalnya teknologi antenna diversity ) sebab tidak perlu menambahkan rangkaian aktif apapun. Hanya jumlah antennanya saja yang ditambah ( tapi tidak boleh berjajar berdekatan dan pemasangan terbaiknya cenderung "depan belakang" serta sebaiknya kalau bisa hindari pemasangan "kiri kanan" itu agar seleksi signalnya bisa lebih peka , disesuaikan arah gerak mobil yg kedepan - kebelakang / menjauh - mendekat posisi lawan ).

Tanpa tambahan apa2 itulah ( kecuali menambah antenna ) yg saya maksud sebagai "teknologi diversity yg paling sederhana / awal" , sedangkan pada sistem jaringan komunikasi radio modern lainnya antenna2 nya ( atau bisa juga jumlah pesawat / radionya juga lebih dari 1 ) ada rangkain electronic aktif yang akan makin menambah tinggi kemampuan dari sistem dalam menseleksi signal2 ( pantulan multi path ) mana yg harus dipilih dan "diterima lamaran"nya.

Jangan confuse atau bingung/ ragu . masalah picket fencing pada FM radio BUKANLAH MASALAH GAIN antenna tetapi MASALAH MULTIPATH REFLECTION , bahkan kalau pada pesawat terbang dipasangi radio FM , meski gain antenna cukup tinggi dan sifnal cukup kuat diterima . picket fencing sering tetap terjadi , signal diterima turun naik terputus putus.

Kalau di pesawat terbang , picket fencingnya lebih sering disebabkan karena vibrasi ( getaran "engine pesawat" dan getaran akibat "lapisan udara yg ber-ubah kepadatannya" plus juga akibat angin , itu menyebabkan antenna bergetar kuat sehingga signal yg diterima ber-ubah2 juga dengan cepat.

Kalau kasus anda itu lain lagi. Itu karena gain antenna cukup tinggi dan jalur jalan yg dilewati bukanlah jalur yang "berat untuk ditembus signal"

CO-PHASED ARRAY

Co-phased array atau co-phased antennas ….Yang ini apa lagi ?

Sama , inipun sama dengan berbagai istilah lainnya yang ber-beda beda. Meskipun yang kita bahas masih tetap sama yaitu seputar “bagaimana cara mengatasi signal FM yang terus menerus hilang timbul , naik turun disaat kita melakukan kegiatan mobile” tetapi memang ada banyak istilah berbeda yang sering digunakan orang untuk menyebutkan satu maksud / bahasan yang sama itu.

Istilah yang seringkali digunakan atau “saling ditukarkan” itu antara lain :

1. Picket Fence ( picket fencing )
2. Fade ( fading )
3. Flutter ( fluttering )
4. Chopping
5. Signal hilang timbul.
6. Signal terputus putus.
7. Signal naik turun.
8. Diversity / Antenna Diversity / Signal Diversity.
9. Parallel Mobile Radio ( atinya bisa saja sebuah artikel hanya menjelaskan bahwa memparallel 2 bh. antenna vertical pada kendaraan akan bisa memperbaiki kualitas penerimaan menjadi lebih stabil , tanpa ada penjelasan teknis mengenai fluttering dimaksud ).
10. Co-phased antenna ( atau co-phased array ).
11. Atau juga masih ada istilah lainnya lagi yang dipakai sebagai istilah pengganti.

Demikianlah semoga tulisan saya ini bisa membantu menambah wawasan bagi mereka yang belum mengetahui , bahwa meskipun istilah2 diatas juga bisa dibahas dengan definisinya masing2 yang mungkin sedikit berbeda pada tulisan lainnya ( misalnya kita bisa mempelajari alat antenna diversity yg. berbeda dan lebih “rumit” , atau kita bisa mempelajari tentang “chopper” yang lain dsb ) , tetapi untuk topic ini , saya anggap semua istilah diatas bisa saling dipertukarkan. Yang penting kita memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksudkan.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.

Pada penjelasan itu saya tulis bahwa kita bisa memperpanjang ( kedua potongan ) kabel coax 75 ohm itu dengan kabel 50 ohm yang panjangnya “kelipatan ½ lambda electric’ agar bisa mencapai jarak dimana kedua antenna diletakkan / terpasang ( atau jika kita bisa menjamin bahwa kabel coax 50 ohm yang kita gunakan adalah jenis low losses , maka ukuran panjang sembarang / bebaspun masih bisa kita gunakan ).

TETAPI ADAKAH CARA “MEMPERPANJANG KABEL” YANG LAIN YANG TIDAK BANYAK MEMBUTUHKAN CONNECTOR / SAMBUNGAN ?

Ya , tentu saja masih ada cara lain untuk memperpanjang kedua kabel percabangan tsb. agar bisa mencapai dimana masing2 antenna berada , yang tidak terlalu banyak menggunakan sambungan connector.

Kita bisa saja tidak menggunakan kabel sepanjang ¼ lambda electric untuk coax yang 75 ohm ( = bagian yang berfungsi sebagai matching transformer ) tsb. Kita bisa menggantinya dengan coax ( yang tetap ) 75 ohm tetapi lebih panjang , yaitu ukuran panjangnya ( masing2 ) ¾ lambda electric atau kalau masih juga kurang panjang ( misalnya antenna2 terpasang di truck ) , kita bisa memakai kabel coax 75 ohm dengan panjang 5/4 lambda electric.

Hasilnya akan sama dengan kita menggunakan panjang ¼ lambda. Jika kita gunakan panjang ¾ lambda maka sebagian panjangnya yang ½ lambda akan secara otomatis berfungsi sebagai “mirror / repeater” ( “pembaca” ulang impedansi antenna ) dan “sisanya” ( kelebihan panjangnya ) yang ¼ lambda akan tetap berfungsi sebagai matching transformer.

Demikian juga panjang 5/4 lambda bisa dipakai menggantikan jika ¾ lambda masih kurang panjang.


PHASING HARNESS ( CARA MEMPARALLEL ).


PHASING HARNESS ( CARA MEMPARALLEL )

Cara memasang hubungkan kedua antenna adalah cara umum / standard yang biasa kita pakai untuk memparallel 2 bh. antenna yang masing2 memiliki feed point impedance 50 ohm.

Perhatikan gambar diatas.

01. Lihat titik parallel dari kedua antenna adalah titik yang pada ilustrasi terlampir digambarkan berbentuk segitiga & ada tulisannya 100 / 2 = 50 ohm. Didalam praktek kita bisa memasang T-Connector pada titik ini.

02. Kaki tengah T-connector adalah titik sambungan coax 50 ohm ( panjang bebas / sependek mungkin , menuju terminal antenna transceiver.

03. Pada masing2 kaki samping T-Connector tersambung ke Matching Transformer “1/4 lambda electric” yang dibuat dari sepotong kabel coax 75 ohm ( velocity factor dari kabel dimasukkan dalam perhitungan ).

04. Ujung lain dari coax / transformer 75 ohm itu sebetulnya sudah “match” dan boleh dipasang langsung ke masing2 connector / terminal antenna , namun panjangnya yang hanya ¼ lambda itu akan terlalu pendek untuk bisa mencapai connector antenna , maka kita perlu memperpanjangnya dengan menambahkan sepotong kabel coaxial 50 ohm.

05. Usahakan agar masing2 kabel 50 ohm yang menuju setiap antenna itu panjangnya :

aa.
Merupakan kelipatan ½ lambda electric ( velocity factor kabel diperhitungkan ) dari centre freq. anda , atau …..

bb.
Jika kabel coax 50 ohm yang anda gunakan adalah jenis kabel coax yang low losses ( attenuationnya rendah ) maka potongan kabel ini panjangnya bebas ( sependek mungkin ).

cc.
Kedua potongan kabel 50 ohm tsb. PRAKTISNYA DIBUAT SAMA PANJANGNYA , namun jika keadaan dan ukuran mobil sedemikian rupa sehingga “akan lebih rapi / praktis jika panjang keduanya dibuat berbeda” maka itu tetap bisa dilakukan ASALKAN PANJANG KEDUANYA TETAP MERUPAKAN KELIPATAN ½ LAMBDA ELECTRIC ( contoh : 1 antenna coax 50 ohmnya 1x ½ lambda electric dan antenna lainnya coax 50 ohm nya panjangnya 2x ½ lambda electric ).


CARA MEMASANG KEDUA ANTENNA.

TEMPAT PEMASANGAN ANTENNA.

Pasang kedua antenna saling berjauhan ( satu dibagian belakang dari mobil dan lainnya disisi depan ). Usahakan ketinggian keduanya sama. Untuk antenna yang berada disisi belakang mobil anda bisa lebih bebas memilih tempatnya namun tetap jangan terlalu dekat ke dinding / body mobil , tetapi untuk antenna yang didepan lokasi penempatannya memang lebih terbatas ( utamakan SAFETY / masalah keamanan berkendara. Jangan menaruhnya yang bisa mengganggu konsentrasi anda mengemudi.

Bisa saja misalnya anda memasang antenna yg dibelakang terletak di bumper ( dengan pipa penunjang ) sebelah kanan belakang , dan yang didepan di bumper ( dengan pipa penunjang ) di bumper kiri depan. Kalau itu “kurang nyaman” menurut anda , anda bisa memilih tempat lain asalkan aman dan tidak mengganggu baik saat mengemudi , atau membuka kap mesin dsb.


CARA SETTING ANTENNA.

Sebelum anda memasang phasing harness ( memparallel kedua antenna ) , stel masing2 antenna satu persatau tanpa phasing harness melainkan dengan hanya menggunakan coax tunggal 50 ohm ( panjang secukupnya , tidak perlu terlalu panjang ). Kemudian stel antenna sampai didapatkan SWR yang terbaik / rendah.

Penunjukan SWR dari kedua antenna TIDAK HARUS PERSIS SAMA !
Artinya jika ( misalnya ) salah satu antenna penunjukan SWR optimalnya 1.2 : 1 dan antenna lainnya SWR optimalnya 1.1 : 1 hal itu tidak menjadi masalah.

Tujuan dari “mensetting & ukur satu persatu” ini hanyalah untuk memastikan bahwa pemilihan penempatan antenna tidak salah atau beresiko ( misalnya penempatan yang salah / terlalu dekat body bisa menyebabkan antenna mengalami detuning dsb ).

Setelah anda yakin bahwa kedua antenna posisinya aman dan setiap antenna bisa di set secara sebagaimana seharusnya , barulah ganti coax sementara itu dengan rangkaian phasing harness yang saya jelaskan diatas. Lalu setelah kedua antenna dalam kondisi ter-parallel, cek kembali SWR nya.

PERHATIKAN
Pastikan bahwa mobile antenna anda tidak menghasilkan Common Mode Current ( pancaran liar dari outer coax ). Menandai ada tidaknya common mode current cukup mudah. Jika posisi kabel coax yang sudah terpasang kita geser2 / pindahkan dan SWR meter penunjukannya berubah ubah karena itu , maka itu tandanya ada common mode current.

Demikian juga jika tubuh seseorang “mendekat dan menjauh” ke / dari antenna dan itu berakibat penunjukan SWR meter ber-ubah2 , itu juga pertanda adanya pancaran liar dari coax anda. Kalau itu terjadi , buat / pasanglah choke pada coax anda untuk mengatasinya.



CO-PHASED ARRAY

Co-phased array atau co-phased antennas ….Yang ini apa lagi ?

Sama , inipun sama dengan berbagai istilah lainnya yang ber-beda beda. Meskipun yang kita bahas masih tetap sama yaitu seputar “bagaimana cara mengatasi signal FM yang terus menerus hilang timbul , naik turun disaat kita melakukan kegiatan mobile” tetapi memang ada banyak istilah berbeda yang sering digunakan orang untuk menyebutkan satu maksud / bahasan yang sama itu.

Istilah yang seringkali digunakan atau “saling ditukarkan” itu antara lain :

1. Picket Fence ( picket fencing )
2. Fade ( fading )
3. Flutter ( fluttering )
4. Chopping
5. Signal hilang timbul.
6. Signal terputus putus.
7. Signal naik turun.
8. Diversity / Antenna Diversity / Signal Diversity.
9. Parallel Mobile Radio ( atinya bisa saja sebuah artikel hanya menjelaskan bahwa memparallel 2 bh. antenna vertical pada kendaraan akan bisa memperbaiki kualitas penerimaan menjadi lebih stabil , tanpa ada penjelasan teknis mengenai fluttering dimaksud ).
10. Co-phased antenna ( atau co-phased array ).
11. Atau juga masih ada istilah lainnya lagi yang dipakai sebagai istilah pengganti.

Demikianlah semoga tulisan saya ini bisa membantu menambah wawasan bagi mereka yang belum mengetahui , bahwa meskipun istilah2 diatas juga bisa dibahas dengan definisinya masing2 yang mungkin sedikit berbeda pada tulisan lainnya ( misalnya kita bisa mempelajari alat antenna diversity yg. berbeda dan lebih “rumit” , atau kita bisa mempelajari tentang “chopper” yang lain dsb ) , tetapi untuk topic ini , saya anggap semua istilah diatas bisa saling dipertukarkan. Yang penting kita memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang dimaksudkan.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.

Pada penjelasan itu saya tulis bahwa kita bisa memperpanjang ( kedua potongan ) kabel coax 75 ohm itu dengan kabel 50 ohm yang panjangnya “kelipatan ½ lambda electric’ agar bisa mencapai jarak dimana kedua antenna diletakkan / terpasang ( atau jika kita bisa menjamin bahwa kabel coax 50 ohm yang kita gunakan adalah jenis low losses , maka ukuran panjang sembarang / bebaspun masih bisa kita gunakan ).

TETAPI ADAKAH CARA “MEMPERPANJANG KABEL” YANG LAIN YANG TIDAK BANYAK MEMBUTUHKAN CONNECTOR / SAMBUNGAN ?

Ya , tentu saja masih ada cara lain untuk memperpanjang kedua kabel percabangan tsb. agar bisa mencapai dimana masing2 antenna berada , yang tidak terlalu banyak menggunakan sambungan connector.

Kita bisa saja tidak menggunakan kabel sepanjang ¼ lambda electric untuk coax yang 75 ohm ( = bagian yang berfungsi sebagai matching transformer ) tsb. Kita bisa menggantinya dengan coax ( yang tetap ) 75 ohm tetapi lebih panjang , yaitu ukuran panjangnya ( masing2 ) ¾ lambda electric atau kalau masih juga kurang panjang ( misalnya antenna2 terpasang di truck ) , kita bisa memakai kabel coax 75 ohm dengan panjang 5/4 lambda electric.

Hasilnya akan sama dengan kita menggunakan panjang ¼ lambda. Jika kita gunakan panjang ¾ lambda maka sebagian panjangnya yang ½ lambda akan secara otomatis berfungsi sebagai “mirror / repeater” ( “pembaca” ulang impedansi antenna ) dan “sisanya” ( kelebihan panjangnya ) yang ¼ lambda akan tetap berfungsi sebagai matching transformer.

Demikian juga panjang 5/4 lambda bisa dipakai menggantikan jika ¾ lambda masih kurang panjang.

BISA JUGA BUKAN ¼ LAMBDA TETAPI ¾ LAMBDA.

Pada salah satu tulisan saya sebelum ini ( yang ada gambar phasing harness semacam ini ) saya menjelaskan seputar ….. “BAGAIMANA CARANYA MEMPERPANJANG KABEL JIKA BAGIAN POTONGAN / SISI KABEL YANG ¼ LAMBDA ITU TERNYATA KURANG PANJANG’.
Salam ,

DH

 

Popular Posts

Total Pageviews

RADIO Web 2. Powered by Blogger.