Radio Komponen Tools Jaringan Koneksi SIgnal Frekuensi

Tuesday, October 30, 2018

BISAKAH SILVER & RHODIUM DISEPUHKAN BERSAMA ?

BISAKAH SILVER & RHODIUM DISEPUHKAN BERSAMA ?

BISAKAH SILVER & RHODIUM DISEPUHKAN BERSAMA ?

By : Djoko Haryono

Irak Lio WEB Radio2 Jika tempohari saya mengulas sekitar “Mana yg. lebih baik , material antenna ( ikut inductor , cavity , resonator ) berlapis perak atau mungkin emas” , di mana saya terangkan jika EMAS TIDAK LEBIH BAIK DARIPADA PERAK , terkecuali untuk perhiasan tentunya emas lebih bernilai , jadi kesempatan ini saya ingin menulis mengenai keterkaitan RHODIUM.

Tulisan ini mengulas singkat sekitar :

01. Apakah peranan RHODIUM pada bahan perak / silver atau pada bahan yang disepuh ( dilapisi ) perak ?

02. Bagaimana bila antenna ( atau inductor dll ) yang dilapisi perak lalu dilapis Rhodium kembali ( jadi ada 2 susunan yang berlainan serta sama-sama “bertumpuk” ) ?

03. Bagaimana bila PERAK/SILVER & RHODIUM itu tidak “ditumpuk” tetapi “dicampur” serta baru campurannya dilapiskan ( jadi seperti susunan slver rhodium alloy ) ?

Pertanyaannya sebenarnya bukan pertanyaan …. “Bagaimana bila ….. dst” tsb. tetapi lebih baik yang kita tanyakanlah ialah ……. “BISAKAH DILAKUKAN PLATING ( ELECTROPLATING ) BERSAMA ANTARA KEDUANYA ( anodenya sekaligus juga perak serta rhodium ) ?”

Jika kedua-duanya ( contohnya ) dapat efisien disepuhkan bersama dengan Mengatasi Pertengkaran , lantas electrolytenya mesti memakai apakah ? Jika tube tembaga kita plating / lapisi dengan PERAK / SILVER , kita memakai Copper Sulfate / Cipric Sulfate ( CuSO4 ) menjadi electrolytenya , sedang jika RHODIUM , pelapisannya berbasiskan Silver Cyanide ( AgCn ).

Dapatkah itu dikerjakan ? Jika demikian apa electrolyte yang dipakai ? Adakah yang pernah mencobanya ?

Karena jika ada yang telah mencobanya serta sukses , saya pikir kita akan dapat melapisi antenna ( atau inductor / resonator / cavity ) tak akan dengan perak / silver tapi dengan SILVER – CHOMIUM “ALLOY” PLATING.

Bila kita kenali jika kelebihan perak ialah resistivitynya yang begitu rendah ( conductance tinggi ) serta lebih rendah dibanding emas , tetapi mempunyai kekurangan masih tetap dapat teroksidasi –lebih cepat di banding emas- , sedang kelebihan rhodium ialah lebih tahan pada oksidasi , lebih kuat serta berkilat , akan tetapi mempunyai resistivity yang tambah tinggi disbanding perak , jadi dengan lakukan “pencampuran dengan formasi / perbandingan tertentu” pada kedua-duanya , akan dapat diketemukan RATIO / KOMPOSISI YANG PALING KOMPROMISTIS.

Berarti antenna atau inductor dll. tsb. akan dapat mempunyai efisiensi puncaknya ( konduktivitas maksimal serta ketahanan pada oksidasi yang maksimal ).

Contoh konfigurasi lainnya. Anode 2 baris supaya pelapisan bertambah cepat serta rata.




Pada industri / perusahaan2 electro plating besar , banyak yang menggunakan “bola2 plastik” ( khusus untuk ellectro plating ) yang dimasukkan kedalam bak dan akan mengapung memenuhi seluruh permukaan larutan electrolyte.

Bola2 plastic tersebut sanggat effektif menggantikan “pintu” atau tutup bak karena bola2 itu akan menjadi dinding “isolator” yang bisa menjaga suhu larutan agar tetap stabil , menghambat / mengurangi penguapan , meminimalisir terjadinya percikan ( meningkatkan keamamanan ) , serta juga “meskipun seluruh permukaan solution” tertutup , benda kerja maupun anode atau electrode2 tetap bisa dengan mudah dikeluarkan / dimasukkan kedalam bak ( untuk pemeriksaan , perubahan posisi , penggantian dsb ).





Contoh Power Supply / Rectifier untuk electro plating.







Bentuk bak electro plating yang semacam ini bisa / cocok dipakai untuk melakukan pelapisan perak untuk antenna ( baik tube antenna vertical VHF / UHF ) tetapi jika yang disepuh hanya 1 antenna saja sebetulnya baknya tidak perlu setinggi dan sebesar ini( perlu disesuaikan ).

Kalau bak ini bisa untuk plating jumlah yang lebih besar ( sehari minimal ratusan batang / tube ). Untuk antenna “Wire” , Inductor / coil bak ini juga kebesaran.







Contoh lain bak electro plating.



Friday, October 26, 2018

RUMUS PANJANG UNTUK PANJANG KABEL DARI PEMANCAR KE SWR BAGAIMANA ?


Sumber artikel ini saya ambil dari postingannya Om Djoko Haryono di Facebook Group HOME BREW PROJECT ( CB RADIO, ANTENNA, SWR, AUDIO, MICROPHONE, BOOSTER, etc )




RUMUS PANJANG UNTUK PANJANG KABEL DARI PEMANCAR KE SWR BAGAIMANA ?
By : Djoko Haryono

Untuk menyikapi pertanyaan dari “Biru Hitam” yang ….. “Rumus untuk panjang kabel dari pemancar ke SWR bagaimana ?” saya tulis jawaban sesuai dengan pandangan saya sebagai berikut. :

01
Untuk bagian "pada TX & SWR mtr." cukuplah gunakan patokan kabel jumpernya "sependek mungkin" , itu saja ( tentu saja gunakan kabel yg baik , yang rendah lossesnya ).
Ingin gunakan patokan panjang "1/2 lambda efisien" ikut bisa tetapi kan kelak dapat tidak berkelanjutan sebab 1/2 lanbda efisien itu cuma wajar digunakan pada frekuensi2 yg tinggi sekali di UHF saja ( jika VHF dengan fisik akan kepanjangan walau dengan elektrik benar ditambah lagi VHF "bagian bawah" seperti 50 MHz masak jumpernya butuh 3 mtr..

Belum juga jika patokan itu digunakan di HF contohnya 80 meterband kan jika patokan itu digunakan , masak perlu kabel jumper yg panjangnya seputar 35 mtr. ? ).

Lainnya masalah jika yang dibicarakan bagian yang lain ( yakni pada antenna & SWR mtr. ) , permasalahannya BISA SEDERHANA ( buat yg telah kuasai basicnya ) tetapi JUGA BISA SANGAT KOMPLEKS ( butuh ketelitian ).


02
KALAU KABEL COAX YANG “DISISI LAIN YAITU SISI ANTENNA ( ALIAS COAX ANTARA TERMINAL ANTENNA & SWR METER ) , Ya ITULAH BAGIAN YANG LEBIH PERLU DIPERHATIKAN sebab ADA BERBAGAI KEMUNGKINAN ATAU HASIL POSITIP MAUPUN AKIBAT NEGATIP ( kenyataan timbulnya/terjadinya efek negatip ini seringkali tidak diakui beberapa ham / pegiat.

Saat effisiensi sistem antennanya tengah anjlok / rendah , mereka seringkali tidak tahu serta masih senang dengan transmisinya cuma sebab mereka meyakini jika SWR nya telah 1 : 1 atau dikit di atas itu. Ada banyak yang belumlah dapat memperbedakan pada penunjukan 1 : 1 yang asli dengan penunjukan nilai 1 : 1 yang palsu / semu yang dibarengi turunnya efisiensi ) YANG BISA MUNCUL

TERJADI PADA SISI TERSEBUT. 

Untuk setelah itu , berikut ini kita cuma mengulas “Sisi pada Antenna dengan SWR meter” itu saja ( pada posting ini saya akan tidak mengulas dengan lebih detail kembali kabel di “Sisi pada SWR mtr. dengan / serta TX” ).

03 KABEL COAX ANTARA SWR METER SAMPAI KE ANTENNA ( dengan anggapan SWR meternya ditempatkan di dalam ruangan Tx / didekat Tx serta bukan lakukan pengukuran langsung pada terminal antenna ) – SELAMA TOTAL ATTENUATION / LOSSESNYA TETAP TERJAGA RENDAH – SEBETULNYA BISA / BOLEH MENGGUNAKAN PANJANG BEBAS ALIAS BERAPAPUN SECUKUPNYA SESUAI JARAK DARI ANTENNA SAMPAI KE SWR METER. Dalam kata lainnya , tak perlu panjangnya mesti “sekian lambda”, NAMUN KONDISI “PANJANG SEMBARANG / SEBARANG” SEMACAM INI IDEALNYA HANYA LAYAK DILAKUKAN JIKA :

03-A Si pegiat / ham nya cukup sudah mengerti PENGETAHUAN DASAR KABEL TRANSMISI / COAX ( distribusi arus serta tegangan , impedansi , transformasi impedansi , losses dll ) & MATCHING , DENGAN CUKUP BAIK.
KALAU PENGETAHUAN DASAR ITU CUKUP DIKUASAI , jadi seseorang pegiat bisa menjadi makin siaga. Dia akan dapat bertambah cepat “mencurigai” serta atau temukan / memperbedakan apa satu penunjukan SWR mtr. ( tengah ) benar2 tunjukkan nilai SWR sebenarnya yang ada “di antenna” atau mungkin dia ( tengah ) memberikan nilai SWR yang “salah” sebab timbulnya transformasi impedansi karena keadaan antenna yang ( masih tetap ) reactive & dampak panjang kabel.

03-B Pegiat / ham berkaitan sudah mengetahui persis KONDISI KABEL coax yang barusan / sudah dipasangnya :

03-B-1 Tahu berapakah persisnya panjang kabelnya ( berapakah mtr. lebih berapakah cm ) “mulai dari ujung connector ke ujung lainnya connectornya ). Tahu dengan pas panjang kabel transmisi sebelum dipasang ialah satu rutinitas yang baik.

03-B-2 Kenal karakter kabel yang dipakai ( tidak hanya merk/typenya , ikut yang penting VELOCITY FACTORnya dan ATTENUATIONnya dengan spesifik pada / di sekitar frekwensi kerja spesifik yang akan digunakan ).

03-B-3 Dengan awal mulanya ( sebelum beroperasi ) si pegiat sudah tahu ke-2 perihal di atas ( terpenting 03-B-1 ) jadi walau “sekarang” dia belumlah kuasai mengenai “manfaat / keuntungan apakah yg dapat diperoleh dari mempunyai catatan panjang & spec. kabel” itu , tapi KAPANPUN ( masa datang ) kelak dia telah makin kenal faedahnya mempunyai data itu , dia AKAN MENJADI LEBIH MUDAH UNTUK MELAKUKAN KOREKSI ATAU PERHITUNGAN ULANG MEMPERBAIKI / MENINGKATKAN EFISIENSI DARI SISTEMNYA TANPA PERLU HARUS “BARU MENGUKUR” KABELNYA DENGAN ME-MANJAT2 TOWER/TIANG YANG ITU AKAN SULIT KARENA ADANYA BELOKAN2 / TEKUKAN PADA JALUR KABELNYA DSB., ATAU MENURUNKAN KABELNYA UNTUK MENGUKURNYA.

03-C Orang spesifik yang lain yang ( lebih ) mempunyai kekebasan untuk pilih “berapapun panjang coaxnya” ialah mereka yang dikit banyak ( telah ) kuasai langkah pemakaian Smith Chart untuk “melakukan matching” serta atau “menelusuri impedansi selama kabel”.
Demikian 3 keadaan yang akan dapat membuat seorang akan dapat “mencurigai” , “menengarai” serta bahkan juga “menemukan / memastikan” APAKAH ANGKA / NILAI YANG DITUNJUKKAN SWR METERNYA ‘KALI INI’ MASUK AKAL ATAU TIDAK. Ada banyak amatir radio yang alami “penunjukan SWR meternya lebih baik / makin rendah” tapi tidak sadar atau tidak paham jika nyatanya ( kadang ) pancarannya malah semakin melemah yang itu berlangsung pada saat SWR mtr. tengah “nakal” tunjukkan nilai yang salah.
Tapi buat mereka yang bisa memakai Smith Chart serta “mampu mengatakan dengan persis / pas berapakah panjang fisik kabelnya” , jadi dia akan dapat cepat memperbedakan apa meternya “sedang jujur” atau mungkin tengah “berbohong”, hingga bila dibutuhkan , dia dapat selekasnya bertindak koreksi.

04 Dengan tahu / mengetahui :
a. PANJANG FISIK kabel ( contohnya …. Demikian mtr. lebih demikian cm ).
b. Frekwensi kerja ( MHz )
c. Velocity Factor kabel. 
Jadi ham / amatir radio tsb. akan dapat tahu “berapa lambda / wavelength” PANJANG ELEKTRIK kabel itu.

Serta dengan tahu berapakah PANJANG ELEKTRIK / EFEKTIF nya , jadi MESKIPUN IA ( sesudah lakukan pengukuran diujung bawah kabel coax pentingnya yang ujung atasnya tersambung ke antenna , contohnya memakai Antenna Analyzer ) HANYA MENGETAHUI NILAI IMPEDANSI YANG TERBACA DIUJUNG BAWAH COAX ( contohnya 32 + j 15.5 ohm atau 41 – j 22.1 ohm dll. ) , MAKA JIKA IA MAMPU MENGGUNAKAN SMITH CHAR , IA AKAN TAHU ( BISA MENGHITUNG ) BERAPAKAH “IMPEDANSI SESUNGGUHNYA DIATAS SANA” ALIAS IMPEDANSI REAL PADA ANTENNA.

05 Dengan temukan berapakah sebetulnya impedansi di antenna , dia pada akhirnya akan dapat tahu BERAPAKAH NILAI SWR YANG SEBENARNYA ( yang berada di antenna di atas tower sana , serta BUKAN sebatas nilai SWR –atau impedansi- yang muncul diujung bawah coax yang terkadang benar tetapi ikut terkadang dapat salah ).

06 Jadi , semestinya BIASAKANLAH utuk bukan sekedar tahu merk , attenuation dari Coax anda ( dan frekwensi kerja anda ) tapi ikut ketahui berapakah PANJANG FISIK coax anda ( yang itu akan membuat anda/kita ketahui panjang “wavelength / lambda”nya menjadi BEKAL UTAMA dalam membuat coretan2 perhitungan di atas Smith Chart.

Sebenarnya Smith Chart memberi banyak keringanan pada kita. Salah satunya perumpamaannya ialah :

Contohnya kabel coax kita panjangnya 14,15 lambda ( wavelength ) , jadi saat kita memakai Smith Chart , untuk lakukan perhitungan , KITA TIDAK PERLU MENGHITUNG “SATU PERSATU” ALIAS “LAMBDA PER LAMBDA” , atau mungkin dengan kata lainnya …….. KITA TIDAK PERLU MENGHITUNG SEPANJANG ( tujuannya dalam berjalan memutari tabel Smith saat mengkalkulasi ) 14.15 lambda !!

Ya , KITA TIDAK PERLU BER-PUTAR2 PULUHAN KALI ikuti “Lingkaran Impedansi” pada tabel. YANG PERLU KITA HITUNG HANYA “SISA”NYA SAJA ALIAS “ANGKA DIBELAKANG KOMA”NYA SAJA , dalam perihal ini yang butuh kita kalkulasi hanya sisi yang 0,15 lambda saja , sedang yang 14 lambda bisa kita “buang” atau acuhkan saja.
Kenapa demikian ? Itu sebab …. 1 putaran ( 360 derajat ) pada Smith Chart itu ( telah ) merepresentasikan “JARAK ½ LAMBDA”.

Jadi untuk mengkalkulasi sisi yang 14 lambda , kita tak perlu pusing “berputar-putar” sampai 28 x ( = 28 x ½ lambda ) sebab toh tiap-tiap jarak ½ lambda elektrik pada coax , kita akan berjumpa kembali dengan keadaan yang sama serta tetap terulang lagi.

BUKANKAH ITU MEMBUAT PEKERJAAN MENJADI LEBIH SEDERHANA ? 
( Walau katakanlah contohnya –sekedar contoh- coax kita panjangnya 360,25 lambda , kita tak perlu mengkalkulasi detail ( 720 x ) + ( 0,25 x ) tetapi cukuplah mengkalkulasi pergeseren babak yang 0,25 alias ¼ lambda saja !!

07 Mungkin bagian-bagian tulisan di atas cukup sangat tehnis atau memusingkan , baik , jika demikian saya catat pilihkan berikut ini BAGIAN2 PENGETAHUAN PRAKTISNYA SAJA yang ( ikut ) terkait dengan “Berapakah PANJANG IDEAL KABEL COAX DIANTARA ANTENNA DAN SWR METER ).

08 PADA KONDISI DIMANA SISTEM SUDAH MATCHING ATAU MENDEKATI MATCH ( dalam perihal ini terutamanya pada antenna & kabel transmisi ) , impedansi antenna telah sesuai dengan dan tidak reaktif kembali , -selama cable attenuation / losses dapat dijaga tidak tinggi- pada prinsipnya PANJANG KABEL ADALAH BEBAS ( BOLEH BERAPAPUN DAN TIDAK ADA KEHARUSAN HARUS MERUPAKAN KELIPATAN “SEKIAN LAMBDA” ).
Pada keadaan ini , arus serta tegangan akan terdistribusikan dengan rata selama kabel.

09 NAMUN JIKA KONDISI BEBAN ( ANTENNA ) MASIH REACTIVE – ini yang butuh lebih kita waspadai- SISTEM MENJADI LEBIH SENSITIF. Semakin besar reactancenya / semakin besar unmatchnya , semakin peka.

PADA KONDISI INI , PANJANG COAX AKAN SANGAT MEMPENGARUHI BAGAIMANA SWR METER AKAN BERSIKAP/MERESPONS. Pergantian nilai impedansi ( diujung bawah coax yg tersambung ke SWR mtr. diruang TX ) berlangsung hingga impedansi disana tak akan sama juga dengan realnya / di antenna. DISINILAH NILAI PENUNJUKAN SWR METER AKAN “PALSU” DAN MENIPU KITA ( KETIKA SWR MENUNJUK RENDAH , NILAI SEBENARNYA –YANG TIDAK TERBACA- ADALAH TINGGI.

CIRI2 APA YANG MUNCUL DAN MUDAH KITA TANDAI KETIKA INI TERJADI ? Pada keadaan ini , PANJANG KABEL COAX TIDAK LAGI “BISA BEBAS / SEMBARANG”. ARTINYA , SETIAP KALI PANJANGNYA KITA RUBAH ( MISALNYA COAX KITA PRUNING / TRIM DENGAN MEMOTONGNYA SEIKIT DEMI SEDIKIT , MAKA PENUNJUKAN SWR METERNYA JUGA BER-UBAH2 NAIK ATAU TURUN TERUS , TERGANTUNG DARI PANJANG COAXNYA.

10. Sebab siklus distribusi arus/ tegangan / impedansi gelombang radio tetap berulang tiap-tiap ½ lambda , MAKA UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA “PENUNJUKAN SALAH DARI SWR METER” , KITA BISA MENGGUNAKAN KABEL COAXIAL YANG PANJANGNYA KITA BUAT AGAR MERUPAKAN “KELIPATAN ½ LAMBDA ELEKTRIK/EFEKTIF DARI FREKUENSI YANG DIGUNAKAN’. Dengan langkah tersebut kita dapat jamin jika nilai yang diperlihatkan oleh SWR mtr. ialah sama juga dengan nilai / keadaan sebetulnya yang berada di antenna di atas sana.

Akan tetapi cara ini sangat baik bila dipakai cuma pada station radio yang kerja pada frekwensi tunggal ( ataukah tidak tunggal akan tetapi bandwidth nya tidaklah terlalu lebar )
Untuk bandwidth2 yang lebar ( atau multiband ) jadi pandangan pada manfaat serta pemakaian Smith Chart yang baik ( dan dasar2 dari pengetahuan sekitar Aliran Transmisi & Matching ) semakin lebih diperlukan.

KETERANGAN PENUTUP 
Pada semua sisi dari tulisan ini , saya memakai anggapan jika SWR mtr. dipasang di dalam ruang TX ( ham shack ) , MESKIPUN BANYAK TULISAN SAYA LAINNYA YANG MENJELASKAN BAHWA PEMBACAAN SWR METER YANG PALING AKURAT ADALAH APABILA METER DIPASANG LANGSUNG TERHUBUNG KE TERMINAL ANTENNA ( = SEDEKAT MUNGKIN KE ANTENNA ).

Anggapan jika SWR mtr. di tempat ini dipasang ikuti langkah yg sangat popular/praktis yakni didekat TX ialah se-mata2 UNTUK MENGAITKANNYA DENGAN PERTANYAAN YANG DIAJUKAN yang memakai anggapan mtr. dipasang “dibawah” dekat TX.

Kesempatan ini saya tidak mengulas detail mengenai “Pengukuran yang sedekat mungkin dengan antenna tsb”.

Wednesday, October 24, 2018

PANDUAN MEMASANG DDS PADA RADIO CB

Radio CB Superstar 2200 yang dipasangi DDS

   PANDUAN MEMASANG DDS PADA RADIO CB

Mungkin ini salah satu solusi yang bisa kita lakukan untuk memasangkan dds pada radio cb yang bagian vco block atau ic pllnya rusak atau switch rotary channel rusak yang sukar untuk dicarikan penggantinya.

Ataupun hanya untuk sekedar mencoba merubah tampilan radio cb agar mudah bisa dibaca langsung frekwensi kerjanya secara akurat.

Saya kira lebih cocok lagi bagi rekan2 yang punya hobi dx'ing seperti saya, yang lebih suka menggunakan radio cb dengan dilengkapi booster ketimbang pakai radio hf allband.

Setelah radio cb ini dipasangi dds sebagai pengganti vco aslinya, mau bergeser kemanapun ok ok saja...he...he





DDS yang  dipasangkan pada radio CB Superstar 2200


Berbagai macam DDS yang di buat oleh rekan2 kita seperti pada foto, bisa dipasangkan pada radio CB semuanya sudah saya coba dengan hasil yang baik dan memuaskan







Cara penyuntikkan DDS pada Radio CB, salah satu contoh skematik Superstar 2000, 2200,2400 dll


Output dds dapat disuntikkan langsung pada titik output vco radio cb ( pada kaki sekunder trafo bpf T2 ).

Kaki trafo bpf ( T2 ) pada radio cb, bagian primer mempunyai 3 kaki dan sekundernya mempunyai 2 kaki dan salah satu kakinya terhubung ke ground pcbnya.


Blok Diagram VCO pada radio CB sebelum di pasang DDS


Kaki sekunder T2 yang lain aslinya terhubung ke 2 buah kapasitor yang menuju ke bagian rx mixer dan tx mixer, potong jalur pcbnya dengan pisau cutter biar terpisah sambungan antara kaki T2 dengan dua buah kapasitor tadi.


Blok Diagram VCO pada radio CB yang dipotong jalur pcb antara out VCO/T2 menuju ke 2 buah kapasitor RX/TX


Atau kalau anda tidak mau memotong jalur pcb tadi karena merasa sayang, bisa juga dilakukan dengan cara mencopot trafo bpf T2 terlebih dahulu.

Kemudian suntikkan output dds di titik pcb yang tersambung ke kapasitor tadi, sehingga kita sekarang tidak punya hubungan lagi dengan bagian vco out aslinya.


Blok Diagram VCO pada radio CB yang sudah dipotong jalur pcb out VCO/T2 dan DDS disuntikkan pada jalur pcb yang menuju ke 2 buah kapasitor RX/TX


Dengan demikian maka sekarang untuk rotary channel radio cb, coarse/fine, saklar band tidak berfungsi lagi karena posisinya sudah diganti dengan dds system, cuma sayangnya untuk mode FM jadi ikut tidak berfungsi juga karena sistim modulasi mode FM disuntikkan dari bagian vco nya, sedangkan sekarang vco nya sudah tidak digunakan lagi jadi mode FM nya pun ikut mati deh...tapi nggak apalah bagi saya hampir nggak pernah menggunakan mode FM tsb.

Untuk keperluan tegangan DDS bisa diambil dari titik kaki kolektor transistor regulator D325 seperti yang terlihat pada gambar dibawah kabel merah + dan kabel hitam -/gnd.



Output DDS disuntikkan pada titik output VCO radio CB


SETING FREKWENSI IF DDS :

Pada umumnya sebagian besar radio2 CB yang beredar di Indonesia seperti merk Superstar, Colt, Lafayette, Midland, Hy Gain, Cobra dll, memakai X'tal Filter ( Mechanical Filter yang bentuknya kotak logam ),  dengan frekwensi tepatnya 10.6935MHz yang sebagian akan terlihat tertulis pada badan mechanical filter tsb, dan sebagian lagi tidak terlihat. 
Dan secara umum kita sebut saja frekwensinya adalah 10.695MHz.

Sedangkan untuk X'tal BFO nya mempunyai frekwensi 10.692MHz, jelas terlihat pada tulisan di badan x'talnya.

Untuk mode USB, frekwensi IF pada DDS diseting pada 10.695MHz, dan apabila dirasa kurang zero beat, misal di tes pada ch 30 atau 27.305MHz, nada stasiun lawan yang diterima terdengar terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa diatasi dengan menyetel kembali kapasitor trimer untuk mode USB pada X'tal BFO 10.692MHz sampai dirasa paling tepat zero beat baik tx maupun rx, atau dengan cara merubah nilai seting frekwensinya seperti yang akan saya jelaskan berikut dibawah ini.

Untuk mode LSB, frekwensi IF pada DDS diseting pada 10.693MHz atau frekwensi ini bisa saja sedikit bergeser naik atau turun tergantung seting kapasitor trimer untuk mode LSB pada x'tal bfo nya tadi.
Keterangan saya diatas mengenai seting frekwensi IF pada DDS tidak mutlak harus sesuai seperti yang disebutkan diatas bisa saja berubah sedikit cenderung turun dari 10.695MHz nilai frekwensinya, tergantung kasus yang ditemui di tkp hehehe...

Untuk seting frekwensi  IF pada DDS untuk radio cb biasanya dari 10.693 - 10.695MHz atau mungkin saja akan diperoleh hasil yang tepat zero beatnya pada 10.6948MHz atau 10.6949MHz atau contoh lain pada 10.6935 atau 10.6936MHz dst, silahkan dicari-cari nilai frekwensi IF nya yang paling tepat.

Hasil yang paling tepat untuk cara setting frekwensi IF pada DDS ini dilakukan pada saat tx/transmit dengan bantuan radio hf allband yang mempunyai display frekwensi counter harus diperoleh hasil yang tepat/zero beat pada frekwensi yang sama keduanya, dan untuk saat rx/receive ketepatannya hanya mengikuti saja dan sudah bisa dipastikan hasilnya akan tepat juga.

Singkat kata patokannya adalah pada saat transmit saja sambil melakukan seting frekwensi IF nya, dan untuk saat receive akan mengikutinya.


Radio CB Super Star 2200 dengan DDS sedang diuji coba di ruang bengkel Radio Tengkorak yang sempit



Radio CB Super Star 2200 dengan DDS yang ditempatkan di box plastik sederhana di stasiun Radio Tengkorak yang sempit


Satu unit DDS untuk dipakai pada dua radio, Super Star 2200 dan Yaesu FT180A

Disclaimer :

Admin Radio Tengkorak tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan yang mungkin terjadi pada radio CB anda, setelah anda melalukan modifikasi ini.




Selamat mencoba dan semoga sukses

Monday, October 22, 2018

STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER.

Stacking

STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER.



STACKING TANPA T-CONNECTOR , TETAPI JUGA TANPA POWER SPLITTER / DIVIDER

By: Djoko Haryono


Beberapa dari rekanan amatir radio ada yang terlatih memakai arti “Stacking Antenna memakai T-Connector” ( yang dimaksud bukan nama matching devicenya seumpama Power Divider , Power Splitter , ¼ Lambda Transformer dll. Hal tersebut untuk memperbedakan ( tunjukkan ) jika jika pada pada skema yang lainnya ( Power Divider ) T-connector tak akan dipakai ( atau jika jumlahnya antennanya banyak, T-Connectotnya cuma –katakanlah- 1 bh. saja.

Jika saya lebih senang memakai arti “Matching Transformer” ( ¼ Lambda Transformer ) atau Matching Harness , di banding memakai arti stacking memakai “T-Connector” sebab yang jadikan matching itu ialah transformernya serta bukan connectornya.

Ditambah lagi jika seseorang amateur radio inginkan lakukan stacking dengan effisiensi yang tinggi sekali , jadi untuk tujuan membuat sambungan parallel pada antenna2 yang akan di stack serta menggunakan matching transformer , jadi effisiensi paling tinggi malah didapatkan dengan MENGHILANGKAN / MENIADAKAN CONNECTOR pada sambungan2 antar kabel.

Connector2 ( termasuk penggunaan T- Connector , dan Power Divider yang diperlengkapi connector ) biasanya cuma dipakai pada komunikasi “Darat ke Darat” ,aupun pada skema “Broadcast”.

Tapi pada jenis2 komunikasi yang ( lebih / semakin ) menuntut tingkat effisiensi paling tinggi ( baik komunikasi satelit serta APALAGI komunikasi EME / MOONBOUNCE ) jadi seringkali beberapa amateur radio justru mesti “MEMBUANG” ( tidak memakai ) Connector serta cuma menggunakan connector sesedikit mungkin contohnya pada output / terminal antenna Transceicer.

Connector / male-female / T-Connector / sambungan connector / barrel ataupun elemen apa pun yang terpasang pada aliran transmisi / coax serta terdapat di antara transceiver serta ( serangkaian ) antenna mempunyai serta memunculkan rugi2 ( losses ) yang dimaksud INSERTION LOSS. Pada tiap-tiap ( atau masing2 connector atau elemen / instrument ) itu memunculkan losses yang –katakanlah- di bawah 1 dB ( contohnya 0 koma demikian dB ) sampai lebih dari 1 atau 2 dB untuk instrument2 spesifik , TETAPI PADA KOMUNIKASI EME serta RUANG ANGKASA , ITU SEMUA KALAU DIJUMLAHKAN , JUMLAHNYA SUDAH CUKUP UNTUK MENGGAGALKAN KOMUNIKASI.

Demikian tingginya kriteria losses ( dan tuntutan tingkat noise yang perlu serendah mungkin ) pada beberapa macam komunikasi seperti itu. Itu penyebabnya connector2 seringkali “tidak laku” serta butuh didepak pada stacking2 antenna atau skema seperti itu. Koneksi / sambungan pada ‘jarum” inner connector male pada connector female yg kurang erat ( ditambah lagi ada oksidasi ) telah dapat jadi penambahan sumber noise.

Jika dapat , tak akan ada connector serta semua sambungan yg ada mesti “tersolder erat” , menyatu serta tersambung langsung. Ujung2 braid mesti terproteksi rapat serta tersolder “mati” sati sama lainnya.

Cukup dengan “semua tersambung langsung” seperti ini effisiensi aliran transmisi / coaxial serta antenna akan dapat sampai effisiensi tertinnginya , mempunyai tinggkat “noise temperature” terunggul / terlayak.
Disinilah arti “T-Connector” atau “T-Connector Stacking” jadi tak akan terpakai.
Walau cara seperti ini cuma umum dipakai pada jenis2 komunikasi radio yang begitu susah ( komunikasi EME ) , tapi bukan bermakna langkah tersebut tidak dapat digunakan pada komunikasi “biasa” ( darat ke darat ). Jika diterapkan untuk komunikasi darat , TETAP AKAN BISA MENAIKKAN EFFISIENSI seandainya didesain serta dibikin dengan benar ( mesti tahan hujan / kelembapan / sesudah tuntas dibikin dirapatkan kedap cuaca dengan bahan epoxy dll ).

Itu beberapa fakta kenapa saya lebih tertarik memakai arti matcing transformer , harness atau divider / splitter , di banding mekaia arti “men-stack memakai T-Connector”

Di bagian bawah ( seputar akhir ) artikel ini kita dapat lihat bagaimana satu antenna stacking di mana T-Connector justru “dibuang” sebab merugikan ( tetapi sisi yang lain dari link DK7ZB berikut ini ialah cara2 stacking “biasa” yang digunakan pada komunikasi darat biasanya

Mungkin cuma sebab rutinitas penulis artikel tsb. yang biasa lakukan experiment komunikasi yg manfaatkan “memantulkan signal radio dengan menembakkan / mengarahkan nya ke permukaan bulan / Earth Moon Earth / EME / Moonbounce” itu membuat dia jadi terlatih mengajari langkah stacking yang tiada memakai connector walau cuma untuk komunikasi bumi kebumi saja ).

Serta menambahkan selubung / sleeve pelindung tembaga yang menutupi tiap-tiap ujung coax itu tidak sekedar hanya supaya didapatkan "positive soldering" saja / solderan kuat serta sisi braid/anyaman / outer coax tidak dapat kembali bergeser-geser ketikakabel dipegang , antenna ditat dll ), tapi yang lebih terpenting ialah itu untuk MEMINIMALISIR KEBOCORAN RF yg dapat berlangsung di ujung2 kabel yang braidnya kendor/tidak rapat , berubah atau putus beberapa sebab gerakan2 atau karena efek proses dari pembuatan koneksi.

Dengan langkah tersebut manfaat shield betul2 full shielding. Nyoldernya mesti hati2 supaya tidak meluluhkan / mmpengaruhi bentuk bahan2 isolator dari coax. Jadi kemampuan solder yg digunakan mesti pas. Semua bahan semestinya bahan baru ( belumlah teroksidasi hingga penyolderan dapat dikerjakan singkat tetapi prima ).

Titik2 parallel seperti ini tetap diletakkan di dalam wadah/kotak yang dapat ditutup rapat tahan cuaca , jadi sambungan2 serta ujung2 coaxnya tidak ter-expose langsung pada panas matahari , hujan , salju debu dll. ).

Mengenal Antenna Penjor dan Manfaatnya

 
Antenna Penjor
Sumber: Radio Tengkorak

 Mengenal Antenna Penjor dan Manfaatnya

Tersebut masih tetap sekitar antenna yang manfaatkan bahan seadanya. Berbahan terbuat dari kawat atau kabel dengan tiang bambu yang biasa digunakan tiang penjor jika di Pulau Bali, atau kita kenal ikut tiang umbul2 untuk daerah lainnya.

Menjadi radial antenna dapat digunakan kawat e-mail atau kabel dengan diameter minimal 0.8 mm dengan panjang semasing radial 1/4 lambda.

Untuk bentuk tarikan wipp/radial antennya tidak selalu harus tegak lurus, bisa jadi ditarik cukup miring sesuai dengan ukuran tinggi tiang bambunya, agar titik feed antenna kurang lebih minimal 3 mtr. dari ground.

Antenna Penjor seperti gambar di atas dapat digunakan untuk frekuensi 27MHz/11 Meters atau untuk 11.415MHz. dengan ukuran masing2 radial untuk di 27MHz = 2.75 Meters, serta untuk di 11.415MHz = 6.25 Meters.

Antenna penjor ini telah dicoba oleh Pak Paimo dari Bali dengan hasil yang begitu memuaskan, bahkan juga digunakan trek-trekan di 11.425MHz, dengan kemampuan signal beliau tidak kalah dengan rekan2 lainnya yang gunakan antenna mahal :-)

Bahagia homebrewing and wish you good luck

Popular Posts

Total Pageviews

RADIO Web 2. Powered by Blogger.